Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran nyata dalam preferensi konsumen terhadap pengalaman mewah dibandingkan harta benda. Tren ini, sering disebut sebagai kebangkitan kemewahan 333, sebagian besar didorong oleh generasi milenial yang lebih menghargai pengalaman unik dan berkesan dibandingkan memiliki barang-barang mahal.
Generasi milenial, yang lahir antara tahun 1981 dan 1996, kini merupakan generasi terbesar dalam angkatan kerja dan memiliki daya beli yang signifikan. Demografi ini dikenal karena memprioritaskan pengalaman dibandingkan barang-barang material, dan pola pikir ini membentuk kembali pasar barang mewah. Daripada menghabiskan uang untuk membeli mobil mewah, tas desainer, atau jam tangan kelas atas, generasi milenial lebih memilih berinvestasi pada pengalaman seperti perjalanan mewah, santapan lezat, dan acara eksklusif.
Salah satu alasan utama di balik perubahan ini adalah keinginan akan keaslian dan personalisasi. Generasi milenial menghargai pengalaman yang disesuaikan dengan preferensi masing-masing dan memungkinkan mereka menciptakan kenangan abadi. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan akan pengalaman unik dan mendalam yang tidak dapat ditiru, seperti sewa kapal pesiar pribadi, safari mewah, dan pengalaman kuliner eksklusif.
Media sosial juga memainkan peran penting dalam mendorong permintaan akan pengalaman kelas atas di kalangan generasi milenial. Platform seperti Instagram dan Facebook telah memudahkan individu untuk menampilkan pengalaman mereka dan membuat konten yang menimbulkan rasa iri bagi pengikut mereka. Hal ini telah menciptakan budaya FOMO (fear of missing out), di mana generasi milenial merasa tertekan untuk menikmati pengalaman mewah agar bisa bersaing dengan rekan-rekan mereka.
Selain itu, kebangkitan ekonomi berbagi telah membuat pengalaman mewah lebih mudah diakses oleh khalayak yang lebih luas. Layanan seperti Airbnb Luxe, yang menawarkan persewaan liburan mewah, dan Turo, yang memungkinkan individu menyewa kendaraan kelas atas, telah memudahkan generasi milenial untuk menikmati pengalaman mewah tanpa harus membayar mahal.
Akibatnya, merek-merek dan perusahaan-perusahaan mewah semakin berfokus pada penciptaan penawaran berdasarkan pengalaman untuk memenuhi permintaan demografi yang terus berkembang ini. Mulai dari hotel mewah yang menawarkan pengalaman pilihan bagi para tamu hingga pengecer kelas atas yang menyelenggarakan acara eksklusif dan toko pop-up, industri barang mewah beradaptasi untuk memenuhi preferensi generasi milenial yang terus berubah.
Secara keseluruhan, kebangkitan produk mewah 333 merupakan bukti perubahan preferensi konsumen dan semakin besarnya pengaruh generasi milenial dalam membentuk pasar barang mewah. Ketika tren ini terus mendapatkan momentumnya, akan menarik untuk melihat bagaimana merek dan perusahaan mewah beradaptasi untuk memenuhi permintaan konsumen generasi baru yang lebih menghargai pengalaman dibandingkan harta benda.
